Sinopsis film Sewu Dino (2023)
Sewu Dino (dari bahasa Jawa: sewu dina /bahasa Indonesia: Seribu Hari) adalah sebuah film hantu Indonesia tahun 2023 yang disutradarai oleh Kimo Stamboel berdasarkan cerita viral berjudul sama karya SimpleMan. Film yang ditayangkan di bioskop Indonesia pada 19 April 2023 ini dibintangi oleh Mikha Tambayong, Gisellma Firmansyah, Rio Dewanto, Marthino Lio, Givina Lukita Dewi, Agla Artalidia, Pritt Timothy, dan Karina Suwandi.
Alur
Demi pengobatan bapaknya yang sakit-sakitan, Sri Rahayu, seorang wanita sederhana yang tinggal di sebuah desa di Jawa Timur, memutuskan untuk melamar sebagai pembantu di kediaman keluarga Atmodjo. Meskipun Sri tidak memiliki gelar sarjana, dia langsung saja diterima kerja oleh Mbah Karsa Atmodjo, karena keunikannya sebagai anak yang lahir di Jumat Kliwon, hari keramat dalam budaya Jawa. Bersama dengan Erna dan Dini, mereka diantarkan oleh Sugik, supir keluarga Atmodjo, menuju sebuah gubuk di tengah hutan. Sri sadar bahwa tangannya saat ini mempunyai lambang keluarga Atmodjo, begitu pula dengan Erna, Dini, dan Sugik.
Di sana, mereka bertemu dengan Mbah Tamin, dukun yang bekerja untuk keluarga Atmodjo. Beliau memberitahukan bahwa tugas mereka saat ini adalah untuk menjaga Della Atmodjo, cucu Mbah Karsa, yang kena santet Sewu Dino ("seribu hari") beberapa tahun yang lalu. Della kerasukan arwah bernama Sengarturih, dan hanya bisa ditenangkan dengan ritual pemandian bernama Basuh Sedo. Namun, Basuh Sedo sendiri hanyalah penangkal sementara; satu-satunya cara agar Della bisa terbebas dari rasukannya adalah dengan melakukan ritual khusus pada hari ke-1000. Saat ini adalah hari ke-996, sehingga mereka perlu menenangkan Della selama empat hari. Dini, yang sudah pernah bekerja untuk keluarga Atmodjo, ditugaskan untuk memimpin dan menuturkan Sri dan Erna bagaimana cara pembasuhan tersebut. Mbah Tamin memperingatkan bahwa pekarangan gubuk sudah dipagari secara mistis untuk mencegah Sengarturih kabur. Karena Sri, Erna, dan Dini sudah terikat secara rohani dengan Mbah Karsa, mereka juga tidak akan bisa melampaui pagar tersebut.
Hari-hari berikutnya, Sri, Erna, dan Dini bergantian melakukan Basuh Sedo. Namun, kejadian-kejadian aneh mulai menimpa mereka. Sri memimpikan sebuah gubuk di tengah ladang tebu. Sri mendengar suara Della dari dalam, tetapi gubuk tersebut dijaga oleh seorang lelaki yang menghadangnya saat dia mencoba masuk. Kaset yang berisi petunjuk Basuh Sedo selalu mulai di tengah jalan setiap kali ritual hendak dilakukan. Pada hari ke-999, Sugik berkunjung sebentar untuk menggali liang lahat di depan gubuk, membuat Erna berpikir bahwa keluarga Atmodjo berencana untuk menumbalkan mereka agar Della bisa kembali.
Pada hari ke-1000, ember yang digunakan untuk Basuh Sedo bocor di tengah jalan. Ketika Sri berhasil mencari penggantinya, Della sudah kabur dari gubuk. Mengingat perkataan Mbah Tamin, mereka bertiga berpencar untuk memastikan bahwa pagar yang ditanamkan untuk mengurung Sengarturih masih tegak. Saat memeriksa, Dini dipukul hingga pingsan dari belakang, sementara Sri diserang oleh Della. Mbah Tamin datang dan berhasil mengikat Della, namun dia ditusuk oleh Erna. Diungkapkanlah bahwa Erna selama ini telah menyabotase ritual Basuh Sedo, karena dia sudah muak dengan pekerjaan mereka dan ingin keluar. Ketika Erna hendak membunuh Sri, dia menyerang balik hingga Erna tewas karena tertusuk kayu.
Mbah Karsa mendatangi gubuk untuk memulai ritual penjemputan arwah Della dan dapat membujuk Sri yang hendak pergi untuk tinggal dan membantu proses ritual. Mbah Tamin menjelaskan bahwa "mimpi" Sri mengenai gubuk bukanlah mimpi, melainkan bukti kemampuannya memasuki Alam Sukma, dimana Della telah disekap oleh penyantetnya, Sabdo Kuncoro. Sementara Dini melakukan Basuh Sedo untuk menenangkan Sengarturih, Sri akan ke Alam Sukma untuk membebaskan arwah Della sebelum matahari terbenam. Di Alam Sukma, Sri berhadapan dengan Sabdo yang mengklaim bahwa Atmodjo telah menyerang terlebih dahulu. Dia dapat mengalahkannya sebelum membebaskan Della. Di dunia nyata, Sabdo diserang oleh Sengarturih saat meratapi kegagalan santetnya sembari melihat fotonya berdua bersama Erna, yang mengindikasikan bahwa ada hubungan khusus antara Sabdo dengan Erna.
Dalam epilog, Mbah Karsa memberikan Sri uang sebesar 10 juta rupiah sesuai dengan kontrak pekerjaan mereka, tetapi Sri menolak. Saat perjalanan pulang, Sugik memberitahu Sri bahwa pilihannya untuk menolak uang tersebut adalah benar, karena semua orang yang menerima uang dari Mbah Karsa, seperti dirinya sendiri, akan selamanya terikat untuk melayani keluarga Atmodjo. Sugik menjelaskan bahwa keluarga Atmodjo membunuh seluruh keluarga Sabdo, dan atas dasar itulah mengapa Sabdo menyantet Della. Sugik mengingatkan Sri bahwa, kedepannya, Mbah Karsa akan terus merayunya dengan uang 10 juta agar dia mau kembali bekerja untuknya.
Di adegan mid-credits pertama, diungkapkan bahwa Sabdo tewas dipenggal oleh Sengarturih. Di adegan mid-credits kedua, Sugik meninggalkan uang 10 juta di depan pintu rumah Sri. Setelah memindahkannya ke jalan, Sri mengamati bahwa lambang keluarga Atmodjo di tangannya hilang.
Pemeran
Mikha Tambayong sebagai Sri Rahayu
Gisellma Firmansyah sebagai Della Atmodjo
Rio Dewanto sebagai Sugik
Marthino Lio sebagai Sabdo Kuncoro
Givina Lukita Dewi sebagai Erna
Agla Artalidia sebagai Dini
Pritt Timothy sebagai Mbah Tamin
Karina Suwandi sebagai Karsa Atmodjo
Maryam Supraba sebagai Minah
Ayez Kassar sebagai Jatmiko
Karina Ranau sebagai Lydia
Dayinta Melira sebagai Sengarturih
Delia Husein sebagai Jum
Rantya Affandy sebagai Ratih
Stanley Saklil sebagai Polisi
Nahri Djal Kahfi sebagai Kustomer Restoran
Sutradara Kimo Stamboel
Produser Manoj Punjabi
Ditulis oleh
Agasyah Karim
Khalid Khasogi
Berdasarkan Sewu Dino
oleh SimpleMan
Pemeran
Mikha Tambayong
Gisellma Firmansyah
Rio Dewanto
Marthino Lio
Givina Lukita Dewi
Agla Artalidia
Pritt Timothy
Karina Suwandi
Penata musik Ricky Lionardi
Sinematografer Patrick Tashadian
Penyunting
Arifin Cu'unk
Fachrun Daud
Perusahaan
produksi
MD Pictures
Tanggal rilis
19 April 2023 (Indonesia)
Durasi 121 menit
Negara Indonesia
Bahasa
Jawa
Indonesia
Anggaran Rp 18 miliar
0 Komentar