Sinopsis film Sang Kiai (2013)
Sang Kiai adalah film aksi drama biografi Indonesia tahun 2013 yang mengangkat kisah seorang pejuang kemerdekaan sekaligus salah satu pendiri Nahdlatul Ulama dari Jombang, Jawa Timur yakni Hadratussyaikh Kyai Haji Hasyim Asy'ari. Film ini dibintangi oleh Ikranagara, Christine Hakim, Agus Kuncoro, Adipati Dolken.
Film ini terpilih sebagai wakil Indonesia untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik dalam Academy Awards ke-86, tetapi tidak lolos nominasi.[1]
Sinopsis
Pendudukan Jepang ternyata tidak lebih baik dari Belanda. Jepang mulai melarang pengibaran bendera merah putih, melarang lagu Indonesia Raya dan memaksa rakyat Indonesia untuk melakukan Seikerei (menghormat kepada Matahari). KH Hasyim Asyari sebagai tokoh besar agamais saat itu menolak untuk melakukan Seikerei karena beranggapan bahwa tindakan itu menyimpang dari aqidah agama Islam. Menolak karena sebagai umat Islam, hanya boleh menyembah kepada Allah SWT. Karena tindakannya yang berani itu, Jepang menangkap KH Hasyim Asyari.
KH Wahid Hasyim, salah satu putra dia mencari jalan diplomasi untuk membebaskan KH Hasyim Asyari. Berbeda dengan Harun, salah satu santri KH Hasyim Asyari yang percaya cara kekerasanlah yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. Harun menghimpun kekuatan santri untuk melakukan demo menuntut kebebasan KH Hasyim Asyari. Tetapi harun salah karena cara tersebut malah menambah korban berjatuhan.
Dengan cara damai KH Wahid Hasyim berhasil memenangkan diplomasi terhadap pihak Jepang dan KH Hasyim Asyari berhasil dibebaskan. Ternyata perjuangan melawan Jepang tidak berakhir sampai disini. Jepang memaksa rakyat Indonesia untuk melimpahkan hasil bumi. Jepang menggunakan Masyumi yang diketuai KH. Hasyim Asy'ari untuk menggalakkan bercocok tanam. Bahkan seruan itu terselip di ceramah sholat Jum'at. Ternyata hasil tanam rakyat tersebut harus disetor ke pihak Jepang. Padahal saat itu rakyat sedang mengalami krisis beras, bahkan lumbung pesantren pun nyaris kosong. Harun melihat masalah ini secara harfiah dan merasa bahwa KH. Hasyim Asy'ari mendukung Jepang, hingga ia memutuskan untuk pergi dari pesantren.
Jepang kalah perang, Sekutu mulai datang. Soekarno sebagai presiden saat itu mengirim utusannya ke Tebuireng untuk meminta KH Hasyim Asyari membantu mempertahankan kemerdekaan. KH Hasyim Asyari menjawab permintaan Soekarno dengan mengeluarkan Resolusi Jihad yang kemudian membuat barisan santri dan masa penduduk Surabaya berduyun duyun tanpa rasa takut melawan sekutu di Surabaya. Gema resolusi jihad yang didukung oleh semangat spiritual keagamaan membuat Indonesia berani mati.
Di Jombang, Sarinah membantu barisan santri perempuan merawat korban perang dan mempersiapkan ransum. Barisan laskar santri pulang dalam beberapa truk ke Tebuireng. KH Hasyim Asyari menyambut kedatangan santri- santrinya yang gagah berani, tetapi air mata mengambang di matanya yang nanar.[2]
Pemeran
Ikranagara sebagai KH Hasyim Asy'ari
Christine Hakim sebagai Masrurah/Nyai Kapu
Agus Kuncoro sebagai KH Wahid Hasyim
Adipati Dolken sebagai Harun
Meriza Febriani sebagai Sari
Dimas Aditya sebagai Hamzah
Royham Hidayat sebagai Khamid
Ernestsan Samudera sebagai Abdi
Ayes Kassar sebagai Baidhowi
Dayat Simbaia sebagai KH Yusuf Hasyim
Dymas Agust sebagai KH Mas Mansur
Andrew Trigg sebagai Brigadir Mallaby
Arswendi Nasution sebagai KH. A. Wahab Hasbullah
Norman Rivianto Akyuwen sebagai kang Solichin
Sutradara Rako Prijanto
Produser Gope T. Samtani
Ditulis oleh Anggoro Saronto
Pemeran Ikranagara
Christine Hakim
Agus Kuncoro
Adipati Dolken
Penata musik Aghi Narottama
Sinematografer Muhammad Firdaus
Penyunting Cesa David Luckmansyah
Perusahaan
produksi
Rapi Films
Tanggal rilis 30 Mei 2013
Durasi 136 menit
Negara Indonesia Indonesia
Bahasa Indonesia
Jawa
Arab
Jepang
Inggris
0 Komentar